Pamekasan, BeritaharianJatim – Proses penertiban PKL (Pedagang kaki lima) yang dilakukan oleh aparat satpol PP Selasa 02/03/2021 kemarin menimbulkan persoalan tersendiri di kalangan para pelaku usaha kecil tersebut, pasalnya penertiban tersebut selain terkesan tidak merata dan terkesan tebang pilih, juga sempat diwarnai dugaan tindakan kekerasan yang terjadi Pada salah satu pedang oleh oknum anggota Satpol PP
Selain itu ada keluhan dari beberapa pedagang asongan tersebut yang merasa diperlakukan tidak adil dengan kegiatan penertiban tersebut, fauzy salah satu pedagang buah yang biasa mangkal di depan pasar sore mengungkapkan kekecewaannya kepada sikap satpol PP yang terkesan bertindak setengah setengah
“Satpol PP pilih kasih mas, kenapa yang ditertibkan hanya yang di pasar sore dan area pegadaian, itupun pedagang yang di pinggir jalan, sedangkan yang mangkal di trotoar di depan pasar sore kok terkesan dibiarkan saja, padahal jelas itu mengganggu hak pengguna jalan”, ungkapnya dengan penuh kekesalan
“Saya repot kalo harus dipindah ke tempat lain, dagangan saya malah tidak laku dan merugi”, imbuhnya
“Saya hari ini tidak berdagang dan masih melihat lihat situasi di sekitar area pegadaian dan pasar sore, itu masih ada gerobak yang ada di atas trotoar dan beberapa pedang yang lain” imbuhnya sambil menunjukkan hasil pantauannya terhadap beberapa pedagang depan pasar sore yang ada di atas trotoar
Hal senada di ungkapkan salah satu pedagang yang lain yang enggan disebutkan namanya saat di konfirmasi di tempat mangkalnya di jalan Agus Salim, rabu 03/03/2021, ia mengatakan hal yang sama pula
“Gak taulah mas, saya disuruh pindah kesana kemari, awalnya saya di sekitar arek lancor, dsuruh pindah ya saya pindah di sekitar jalan timurnya arek Lancor, di disuruh pindah lagi dan saya kesini, padahal kalo disini (jalan Agus Salim, red) sya merugi, biasanya omzet saya 1,5 juta dalam sehari, hanya dapat 300 ribu rupiah, disini kalo habis Isyak sepi” ungkapnya pula
Ditanya apakah tidak takut akan di usir lagi jika mangkal disitu, ia hanya mengatakan pasrah dan akan mencari tempat lain
“Ya pindah lagi, harapan saya ya ditimur sana, jalan jokotole itu, tapi kayaknya tetep tidak boleh” dalihnya
Lebih miris lagi apa yang di alami pedangang lain, ibu Aisyah pedangan kasur depan toko mas Surabaya yang diduga menjadi korban kekerasan tindakan represif oknum satpol PP sehingga ibu Aisyah histeris sampai tidak sadarkan diri ketika gerobak dagangannya di angkut oleh mobil petugas, ibu Aisyah menjelaskan bahwa sudah berjualan dilokasi tersebut kurang lebih 50 tahun, ibu Aisyah menghidupi empat anak yatim kesayangannya dari berjualan kasur tersebut, modal usaha nya juga dapat dari berhutang jadi kalau sekarang digusur seperti ini bagaimana saya bisa membiayai ke empat anak saya.
Sementara saat media menelusuri ke berbagai ruas jalan yang ada memang menemukan tidak semua PKL dilakukan penertiban, kalo sepanjang area pegadaian dan pasar sore sudah bisa dibilang tertib, tapi tidak dengan PKL yang ada di jalan Agus Salim, jalan balaikambang, jalan kesehatan masih banyak PKL yang berjualan di bibir jalan yang juga menjadi sumber kemacetan pada jam jam tertentu
Disatu sisi, pembiaran terhadap beberapa pedagang kaki lima yang menempati trotoar di berbagai ruas jalan di kota Pamekasan yang luput dari penertiban secara tidak langsung merampas hak pengguna jalan kaki sehingga hal tersebut sebenarnya juga beresiko akan terjadi hal yang tidak kita inginkan bersama pada pejalan kaki saat berjalan di jalan raya.(dd/hf)