Pamekasan, BeritaharianJatim – Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata (Ponpes Muba) kembali menggelar acara tahunan yaitu Pekan Ngaji. Pekan Ngaji ke-6 kali ini mengangkat tema “Fa intasyiru fi al-ardhi: Menebar Kemanfaatan” dengan slogan “Sharing the Usefullness”. Kegiatan yang akan berlangsung selama 10 hari ke depan tersebut resmi dibuka pada acara bertajuk “Opening Ceremony Pekan Ngaji 6” yang dilaksanakan di halaman madrasah barat, Rabu malam (17/03/21).
Selain peresmian kegiatan Pekan Ngaji 6, acara tersebut turut menyuguhkan seminar yang diisi dengan Ngaji Dakwah bertemakan “Dakwah Dinamis di Era Modern”. Hadir sebagai narasumber pada ngaji perdana ini, KH. Najih Maimoen, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar I Sarang Rembang. Beliau ditemani oleh moderator yaitu KH. Khalil Kawakib, pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Pasongsongan Sumenep yang juga merupakan alumni Ponpes Muba.
Di kutip dari bata bata.net, Gus Najih – sapaan akrab KH. Najih Maimoen menjabarkan bahwa dakwah dinamis adalah dakwah yang istiqamah. Seperti apapun bentuk atau metode dakwah yang dilakukan seseorang, istiqamah menjadi kunci utama kesuksesannya dalam berdakwah. “Istiqamah dalam berdakwah secara praktis maupun teoritis, baik dalam substansinya maupun penerapannya”, jelas beliau mengawali pembicaraan.
Ulama yang dikenal sebagai pakar hadits tersebut pun menjelaskan perihal jenis-jenis dakwah dan relevansinya dalam kehidupan agar selaras dengan porsinya masing-masing. “Dakwah lillah atau lidinillah dapat berupa dakwah bi al-hal (perbuatan/sikap), dakwah bi al-maqal (ucapan), dakwah bi al-mal (harta), dan dakwah bi al-du’a wa al-tadharru’ (doa dan munajat). Dakwah bi al-hal menjadi lebih efisien secara praktis daripada dakwah bi al-maqal karena umat saat ini sudah terlalu kenyang dengan mauidzah hasanah, yang umat butuhkan lebih kepada qudwah hasanah atau uswah haisanah”, lanjutnya menjelaskan.
Di akhir seminar, beliau turut mengartikan bahwa dinamis dalam konteks dakwah menunjukkan pada aktualisasinya di setiap lini kehidupan. Setiap orang dengan peran dan kapasitasnya masing-masing berhak berdakwah dengan tetap membulatkan niat dan tujuan dakwahnya untuk ishlah (memperbaiki) kehidupan. “Dakwah bi al-hal seperti halnya kita mengajar, mendidik, memberikan keteladanan norma dan sikap, tentu merupakan bagian daripada dakwah. Begitu pula menjadi penulis, menyuarakan kebenaran dengan tulisan-tulisannya, hal itu bagian daripada dakwah bi al-maqal. Oleh karena itu, ladang dakwah menjadi begitu luas dan dinamis serta terbuka bagi siapa saja. Namun perlu diingat, bertanya dan meminta saran kepada alim ulama tetap menjadi keniscayaan”, paparnya menutup materi.(dd/hf)